BERBICARA PADA DIRI SENDIRI



Kita sering melihat kakek-kakek dan nenek-nenek mengomel. Mengata-ngatain cucunya, atau anaknya, atau siapa saja yang menjengkelkan hatinya. Mengomel berarti berbicara sendiri tanpa lawan bicara. Dan itu bisa terjadi terus menerus. Biasanya hal-hal yang diomelkan adalah hal yang tidak menyenangkan hatinya. Yang menjengkelkan. Jarang sekali orang waras mengomel tentang hal-hal yang menyenangkan, penuh harapan, romantis dan fantastis.

Tapi di RSJ lain pula halnya. Disini banyak penyandang gangguan jiwa berat berbicara sendiri. Apa saja. Yang menghancurkan hati, sambil menangis dan meratap. Atau lebih banyak yang menyenangkan, membuai, indah dan fantastis. Ini jelas patologis. Suatu gejala gangguan psikotik yang disebut autistik. Autistik merupakan hasil dari proses mental dimana individu ingin lari, atau menghilangjan, konflik-konflik berat dihati dan menutupinya dengan khayalan indah fantastis. Sesungguhnya apa yang dikatakan individu dalam autismenya ini bisa mempengaruhi seluruh sel-sel jaringan tubuhnya untuk merasa bahagia. Tapi ini patologis. Individu akan terbentur dengan realita bila akhirnya ia melihat kenyataan yang ada. Karena itu autistik harus diobati.

Di panti-panti rehabilitasi napza, pecandu narkotik harus mengikuti acara cofee morning dan mencari falsafah hidup sehari untuk dirinya sendiri. Yaitu “Just for to day”. Misalnya “Just for to day saya akan membahagiakan orang-orang di sekitar saya”, atau “Just for to day saya tidak akan menipu”, atau “Just for to day saya akan menolong seorang teman saya”. Itu diucapkan dengan tegas secara bergiliran di depan teman-teman yang lain. Maka kata-katanya itu akan masuk ke “komputer sel otaknya” dan sehari itu seluruh sel-sel otak dan jaringan tubuhnya akan melaksanakan ucapannya itu. Hebat bukan? . Esok pagi ia harus mengulang lagi falsafah serupa atau menggantinya dengan falsafah positif yang lain..
"After Merapi Eruption in Kinahrejo, Sleman, Jogyakarta, 2011" - iwphotography


Sesungguhnya kita berbicara kepada diri sendiri secara terus menerus meski hanya dalam pikiran. Otak kita selalu aktif dan sebagian besar yang dilakukannya adalah memberitahu lita tentang diri kita sendiri. “Perbincangan diri” ini tentu saja dilakukan secara diam-diam di dalam pikiran kita yang paling pribadi. Seperti kata-kata yang keluar dari mulut orang lain, kata-kata dari dalam diri kita sendiri pun dapat berefek dramatis kepada kita. Sayangnya, banyak orang menyusahkan diri sendiri dengan berkata kasar dan tidak menyenangkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kritikan orangtua, guru, rekan sekerja, tetangga dan orang lain yang membuat otak mereka percaya akan hal-hal negatif tentang diri mereka.

Perbincangan diri ini, untuk sebagian besar orang, berisi pemberitahuan terhadap diri sendiri mengenai apa-apa saja yang salah dengan diri mereka. Orang seringkali mengulang-ulang pernyataan seperti, “Saya bodoh”; “Saya egois”; “Saya memamg orang kasar”, atau “Saya sudah kalah”; atau “Saya orang sial dan celaka”, dan kata-kata lain yang menghancurkan diri sendiri.

Kadang hal ini berlangsung semakin parah. Saya mempunyai seorang pasien yang selalu berkata kepada dirinya sendiri bahwa “ Saya ini bodoh, orang yang tidak berbakat, orang yang selalu sial dan ditolak, dan orang yang tidak pantas untuk merasa bahagia”. Maka selamanya ia merasa frustasi dan putus asa hingga susah payah saya merubah “mindse” dengan psikoterapi berulang kali.

Perbincangan diri negatif biasanya menghasilkan rsa cemas, frustasi dan depresi, serta akibat-akibat lain yang tidak menguntungkan. Pemenuhan ramalan diri ini berlangsung cukup umum, yaitu kita mulai mempercayai propaganda diri sendiri dan mewujudkan apa yang kita takuti. Ini disebabkan seluruh sel-sel otak dan sel jaringan tubuh kita di dukung alam sekitar dengan daya tarik magnetis akan mewujudkan apa yang kita katakan pada diri kita sendiri itu.

Untung kebalikannya juga berlaku. Perbincangan diri yang positif juga akan mengarah ke pencapaian hasil yang diinginkan dan membangkitkan perasaan yang menyenangkan. Ketika menghadapi situasi sulit, Ketua Suku Comanche yang Terakhir itu berkata: “Tak ada harapan dan saya tak bisa bertahan”. Dan iapun jatuh tergulir ke jurang diantara rentetan tembakan orang kulit putih. Sedang seorang Komandan Densus 88 berkata : “ Tidak ada alasan untuk putus asa. Saya akan menghadapinya dengan ringan, langkah demi langkah, dan saya akan menyelesaikannya dengan baik”. Dan penyerbuan ke sarang teroris di medan yang sulit yang dipimpinnyapun berhasil dengan memuaskan. Perbedaan sikap ini terlihat jelas. Sang komandan memiliki kesempatan lebih besar untuk berhasil karena sudut pandangnya yang positif.

Apakah akan menolong bila mengganti apa yang kita katakan pada diri sendiri? Tentu saja. Sering-seringlah katakan pada diri sendiri bahwa anda akan gagal, maka hampir bisa dipastikan bahwa anda akan gagal. Cobalah selalu katakan pada diri sendiri bahwa anda akan sukses, maka anda telah meningkatkan kemungkinan untuk berhasil dan merasa puas.

Kurang lebih setahun yang lalu saya mengalami spondilosis servikalis, pengapuran tulang leher, dengan penebalan tendo ligamentum di depan (osteofit anterior). Akibatnya otot leher tak bisa menyangga kepala dan kepala jatuh ke depan. Leher terasa nyeri luar biasa. Saya berkata: “Saya tahu ini penyakit khronis, saya akan menderita bertahun-tahun, saya tak mungkin sembuh”. Maka selama enam bulan pertama penyakit saya tak ada perbaikan samasekali karena peluang untuk sembuh sudah saya tutup dengan kata-kata saya sendiri. Kemudian saya bertemu dengan seorang ahli “cerropractic” dan saya diurut-urut seminggu dua kali. Saya berkata, “Saya sedang menjalani proses penyembuhan, kemajuannya pesat sekali, saya akan sembuh”. Tiga bulan berikutnya saya sudah bisa menegakkan leher saya tanpa rasa nyeri yang hebat dan penyangga leherpun sudah saya buang. Kesempatan untuk sembuh sudah saya katakan sendiri tiap bangun tidur pagi.

Bicaralah kepada diri anda sendiri tentang kesuksesan di masa lalu, saat-saat ketika anda telah menyelesaikan tugas dengan sangat baik, saat-saat ketika anda mengatasi rintangan, dan saat-saat ketika anda merasa baik. Jika anda merasa baik pada masa lalu, andapun bisa merasa baik pada saat sekarang. Karena anda bisa mengatasi kesusahan pada masa lalu, andapun bisa mengatasi kesusahan pada masa sekarang. Yang penting adalah, “Katakan pada diri sendiri apa yang anda ingin orang lain katakan kepada anda”.****