REMINISCENSE THERAPY



RSJ Rajiman Wedyodiningrat (RSJ Lawang di Malang), mempunyai program unggulan psikogeriatri. Artinya pelayanan kesehatan jiwa untuk para lansia yang mengalami problem mental.Satu baangsal putra dan satu bangsal putri ddisediakan untuk itu, selain ruang untuk latihan Terapi Aktivitas Kelompok, dan halaman luas untuk berlatih jalan-jalan di luar. Dan masih ada lagi satu ruang, mirip museum, untuk Reminiscense Therapy (RT).

Seminggu dua kali orang-orang tua ini dimasukkan ruang RT ini untuk duduk-duduk berbincang-bincang yang nyaman. Kemudian para perawat psikogeeriatri mengeluarkan barang-barang kuno dari rak-rak, lemari-lemari, kotak-kotak di “museum” itu. Barang-brang antik itu seperti tongkat pegangan bengkok, setlikan besi dengan ayam jago kecil bertengger, kursi goyang kuno, topi keras bulat melingkar jaman Belanda, sepeda onthel, tempat main dakon berukir, pipa cangklong gading, kaca mata bulat, celana panjang drill katun dan jas drill kheki, keris dan tumbak pendek, teko teh dan piring porselin antik, meja marmer bulat kecil, gelas-gelas dan sendok porok antik, dan lain-lain barang-barang fungsional dalam kehidupan sehari-hari 50-60 tahun yang lalu.

Juga dikeluarkan foto-foto dan gambar-gambar kuno, dilapis karton dan plastik atau dalam album besar. Foto-foto bangunan kantor pos, pasar, alun-alun, tugu, Malioboro tempo doeloe, jembatan gantung, dokar/andong, grobag, bangunan-bangunan bersejarah yang setengah runtuh, rumah-rumah dan prempatan jalan, sungaisungai dan sampan bambu, gedung-gedung dan anak sekolah jaman doeloe, dan gambar-gambar iklan yang di kliping dari koran-koran jaman doeloe, bahkan buku-buku berilustrasi belajar membaca bahasa Jawa, Indonesia dan Belanda.

Para lansia itu kemudian diminta menceritakan atau berkomentar tentang kesan dan pengalamannya dengan benda-benda, foto-foto dan gambar antik itu pada teman-temannya dan perawat. Betapa senang dan terharunya mereka memandangi, memegang, mengelus-elus barang-barang dan foto-foto itu. Sebagian tertawa-tawa dan yang lain malah menitikkan air mata. Mereka teringat emosi dan pengalaman hidupnya dengan ibu bapaknya, kakeke neneknya waktu mereka masih kecil atau belia.

Saya dan teman-teman saya psikiater takjub dan terheran-heran ketika Winnie Agus SpKJ, teman saya psikiater dari RSJ Lawang (dokter UGM angkt 76), mempresentasikan Reminiscense Therapy ini dengan foto-foto slide yang bagus pada suatu pertemuan penyusunan buku pedoman psikogeriatri oleh Ditkeswa Depkes di Bandung. Kami heran, adakah efek terapeutiknya melihat dan mengingat benda-benda dan foto kuno itu bagi lansia? Benarkah itu bisa berefek positif?

Rupanya emosi dari ingatan pengalaman lama dengan barang-barang dan foto yang tlah lama terpendam, bisa muncul kembali. Dan itu memberikan kenyamanan, kegembiraan, atau rasa aman yang sama pada keadaan sekarang. Ingatan atau memori otak lama juga akan me”nyetroom” memori otak sekarang untuk menyimpan ingatan-ingatan baru dengan lebih baik. Jelas dengan demikian, ini upaya pencegahan demensia alias kepikunan. Sangat sederhana, tanpa obat-obat Ace Inhibitor yang teramat mahal.

Dari sebuah journal di Harvard Health Publication, Reminiscense Therapy adalah upaya therapi dengan menggunakan barang-barang, atau musik dan foto-foto dari masa lalu yang sangat familiar, untuk membangkitkan kenangan pasien dan berani membicarakan perasaannya tentang itu pada orang lain. Ini biasanya digunakan pada orang-orang yang mempunyai problem mood dan memori, atau membutuhkan pertolongan karena mengalami gangguan-gangguan sehubungan dengan penuaan (Aging).

Sejak tahun 1900, partially controlled-studies membuktikan bahwa treatment ini menghasilkan sesuatu yang hanya kecil saja tapi punya efek positif yang bermakna pada mood, perawatan diri (self-care), kemampuan berkomunikasi dan kegembiraan. Bahkan pada beberapa kasus, upaya ini meningkatkan fungsi intelektual. Wow?

Ide bahwa reminiscing dapat berefek therapeautik dikemukakan pertama kali tahun 1960. Robert Butler, seorang psikiater pakar psikogeriatri memakai itilah “life review” untuk hal ini. Ia mengemukakan, bahwa pada lansia, mereka merasa sangat berguna untuk memandang hidup mereka sebagai suatu “perspektif”. Padahal pada dekade sebelumnya, berbicara tentang hal-hal dan ingatan masa lalu dianggap “living in the past” dan oleh karenanya dipandang sebagai gangguan.

Ide yang mendasari RT sesungguhnya konsisten dengan teori perkembangan psikologi dewasa yang dikemukakan pada waktu yang sama oleh ahli lain yang tersohor, Erik Erikson. Erikson berpendapat bahwa untuk waktu terbanyak pada masa dewasa, kita dituntut untuk menemukan kreativitas dan kegiatan yang penuh makna demi untuk menghindari kebuntuan perasaan (feeling stuck). Kemudian dalam fase-fase akhir kehidupan, kita mungkin akan berusaha me-“review” kita ini telah berada dimana saja dan melakukan apa saja dan apa yang harus kita upayakan dalam harapan kita bisa merasa hidup kita ini baik, berhasil, dan bermakna positif bagi orang lain. Reminiscense Therapy, dengan menggabungkan pandangan Dr Butler “life review” dan Dr Erikson teori “psychological adult development” dapat membantu orang-orang tua mencapai “goal” itu.

Jadi, ketika mbak Enny menampilkan foto jadulnya waktu kecil sedang membatik yang mengharukan, dan mas Iwan menampilkan kover buku “Gelis Pinter Matja” yang pasti mengagetkan siapa saja yang pernah klas 1 di jaman itu, disusul gambar “Umbul” yang pasti dipunyai setiap anak lelaki di jaman itu, dan mas Wiwien.......wuaduh.....kangmas yang satu ini paling banyak memposting hal-hal kuno, mulai foto-foto gedung kuliah/praktikum MamaConga, foto2 rumahnya sendiri, foto sepeda2 dan sepeda motor antik, gambar2 iklan kuno yang aneh2 dan lucu dari surat kabar jaman doeloe, saya tahu inilah.............Reminiscense Therapy.

Oya, mbak Etty yang juga memposting tembang2 jaman kita kecil itu. Dan kita semua, anggauta grup MamaConga, berkomentar semaunya, berdasar emosi dan pengalamannya sendiri tentang foto2 itu. Dan yang mengherankan, banyak dari komentator yang masih hapal isi buku Gelis Pinter Matja itu, atau melanjutkan tembang2 kuno itu.

Ya, saya yakin semua kangmas2 dan mbakyu, saudara2 saya di MamaConga itu pasti tidak tahu, atau tidak menyadari bahwa perbuatan main2, iseng, demi kegembiraan kecil itu sesungguhnya sesuatu upaya therapy bagi lansia yang mempunyai landasan ilmiah sejak tahun 1960 oleh dua pakar dunia yang termashur itu, yaitu Reminiscence Therapy. Lha wong saya saja juga tidak akan tahu kalau tidak diundang di pelatihan penyusunan buku pedoman psikogeriatri di Bandung itu dan melihat presentasi teman saya dari RSJ Lawang, dua tahun lalu.

Saya juga yakin bahwa semua saudara saya yang memposting hal-hal kuno yang familiar bagi kita di MamaConga Fb ini hanya sekedar “main-main” demi keakraban, atau iseng-iseng lucu-lucuan, tanpa maksud “terapi-terapian” atau “pencegahan kepikunan” atau apalah. Ya mungkin juga sekedar mengetest ingatan kita sendiri, didebatkan, mungkin salah atau benar, begitu, hehehe. Ah, belum lagi nanti, MamaConga Bercinta, nah “life love review” yg memalukan, atau traumatis, atau romantis tersembunyi, atau membanggakan, yang mau diobral murah dengan diskon 80% di Doc.CC MammaConga ini. Hahaha. Tapi ketahuilah saudara2ku tercinta, itu adalah juga Reminiscense Therapy yang penting, karena itu adalah “life-love review” dari Butler dan “Psychological Adulthood Development” dari Erikson yang secara alami harus ada pada setiap manusia bila ia ingin dikatakan sehat jiwanya. Percayalah.

Soblog besar untuk bikin kupat dan kupatnya sendiri merupakan benda2 penting yg bisa mengingatkan kegembiraan hari Lebaran masa kecil tempo dulu, sebuah upaya Reminiscense Therapy ygt bagus - dok.pribadi. 


Itu belum lagi bila RT dipandang sebagai upaya stimulasi otak kanan lansia. Kita tahu otak kiri bersifat lineair, analitis, deduktif, matematis, keduniawian (materialistis). Sedang otak kanan berkarakter humoris, musik, senirupa dan sastra, emosi2, cinta dan kreativitas. Nah, RT – dan kegiatan MamaConga -bisa dianggap sebagai stimulator maupun aktivasi karakter otak kanan yang telah lama terpendam. Tapi untuk apa karakter otak kanan itu bagi lansia. Wuah, banyak. Melanglang wilayah ke tempat2 unik dan bersejarah dan menuliskannya untuk buku atau blog pribadi. Memberikan pengetahuan dalam bentuk cerita pada anak2 dan cucu kita. Untuk berdiskusi dengan teman sebaya dan masih banyak lagi.

Ketika mas Wiwien mulai memasang dan membikin kumpulan foto2 bangunan kuliah dan praktikum MamaConga dulu, saya sudah mulai berpikir untuk menulis RT ini. Tapi saya tunda2 terus karena harus mendahulukan tulisan2 lain. Baru ketika mas Iwan memasang “Gelis Pinter Matja” dan “Umbul” dan mas Wiwien masang gambar iklan2 aneh jadul itu, saya berniat harus segera menuliskannya. Anda sekalian berhak tahu bahwa kegiatan “main-main” ini sesungguhnya suatu upaya preventif dan kuratif terhadap kepikunan lansia. Atau kepikunan dengan depresi lansia. Ataupula kepikunan dengan parafrenia pada lansia.

Dan saya terpaksa memasang tulisan saya ini di Blog saya supaya teman2 yg lain, khususnya teman2 psikiater bisa membacanya. Karena teman2 psikiaterpun banyak yang belum tahu RT ini, kecuali yang pernah berkunjung ke RSJ Lawang. Berkunjung kesanapun bila tak jeli melihat program2 lansia tak bakalan melihat RT ini. Yah kecuali mbak Ratna yang sedang dolan2 ke Jepang dan India, yah barangkali nemukan RT disana dan bisa komen disini.

Saya tahu bahwa maksud saudara2ku tercinta menampilkan foto barang2 kuno disini sama sekali tak bermaksud sebagai upaya preventif dan kuratif pada kepikunan. Karena semua yakin bahwa kita semua alhamdulilah masih cukup sehat, punya kognitif dan memori yang sangat bagus dan jauh dari kepikunan. Anda semua memasang foto dan barang2 kuno semata-mata untuk main-main, mengetest ingatan kita, tebak-tebakan, demi keakraban dan kasih sayang. Tapi anda semua perlu tahu bahwa “main-main” anda ini punya nilai tinggi dalam upaya medis preventif, kuratif dan rehabilitatif pada manusia2 usia lanjut. Main-main yang punya landasan ilmiah sebagai tindakan terpeutik.
-------------------------

KEPRIBADIAN ANANKASTIK


Jatilan ngguyang jaran di Bendhung Kayangan Godean Jogjakarta 2011 - inusphotography

Ada cukup banyak orang yang datang ke praktek psikiater untuk mengkonsultasikan dirinya sendiri ataupun suaminya, kakak, anaknya bahkan paarnya yang mempunyai sifat perfeksionistik atau serba ingin sempurna total, perasaan ragu dan sangat berhati-hati sampai takut bertindak, kaku dan keras pada pendapatnya, luar biasa teliti sampai memusingkan orang lain, gampang marah dan kecewa bila sesuatu tidak berjalan seperti kemauannya, dan sering memaksakan kehendak agar orang lain melakukan sesuatu menurut caranya.          Dalam praktek lebih banyak laki-laki yang mempunyai sifat seperti ini daripada perempuan.

            
Sifat dalam artian umum, adalah karakter dalam istilah psikologi yang berarti ciri kepribadian yang dibentuk oleh prose perkembangan dan pengalaman hidup. Sedang “temperamen” lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau konstitusional yang terbawa sejak lahir, bersifat sederhana, tanpa motivasi, baru stabil sesudah anak berusia beberapa tahun.
            
Kepribadian adalah pola perilaku yang menetap tentang cara bagaimana seseorang bereaksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam lingkungannya. Bisa pula dikatakan kepribadian adalah ciri perilaku yang merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
            
Dalam menjalani kehidupannya sejk kecil, remaja, dewasa hingga lanjut usia, seeorang mempunyai kecenderungan atau kebiasaan menggunakan suatu pola yang relatif serupa dalam menyikapi masalah yang dihadapi. Cara atau metode penyelesaian itu tampak sebagai sesuatu yang terpola dan dapat ditandai sebagai ciri untuk mengenal orang tersebut.
             
Ciri atau gambaran khas kepribadian seperti kasus diatas disebut ciri kepribadian anankastik. Perfeksionisme, selalu ingin sempurna tanpa cacat dalam mengerjakan segala sesuatu, teliti dan teguh pada aturan, dalam batas tertentu tentu sangat baik dalam pekerjaan. Tapi bila berlebihan justru akan menghambat individu itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari karena segala sesuatu tak mesti bisa sempurna seratus persen. Individu juga bisa bentrok dengan lingkungannya karena tak semua orang bisa mengikuti dia. Jadi kenyamanan hubungan interpersonalnya sering jadi korban. Bila ini memberat dan terus menerus demikian, terjadilah apa yang disebut dalam PPDGJ-III (ICDX) sebagai gangguan kepribadian anankastik.
             
Bila sudah terjadi gangguan, atau “disorder”, berarti sdah terjadi “kekakuan adaptasi”, atau maladaptif, tidak fleksibel dan ada suatu “distress” atau penderitaan subyektif dan disfungsi yang bermakna. Individu itu mengalami suatu penderitaan subyektif karena karakternya sendiri yang seperti diatas ditambah ketidakmampuannya lagi menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Akibatnya ia malah jadi tidak berfungsi dan pindah-pindah tempat pekerjaan. Ini agak mirip dengan gangguan kepribadian antisosial atau paranoid yang akhirnya orang itu terpaksa harus bekerja sendirian.
            
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian anankastik menurut pedoman PPDGJ-III adalah: (1) perasaan ragu dan hati-hati yang berlebihan; (2) keterpakuan pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi atau jadwal; (3) perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas; (4) ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan kecenderungan yang tidak semestinya untuk meniptakan kesenangan dan hubungan interpersonal; (5) keterpakuan dan ketertarikan yang berlebihan pada kebiasaan sosial; (6) kaku dan keras kepala; (pemaksaan secara tidak masuk akal agar orang lain melakukan sesuatu menurut caranya, atau keengganan yang tak masuk akal untuk mengizinkan orang lain melakukan sesuatu; dan (7) mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang bersifat memaksa atau tidak disukai.
            
Pedoman diagnostik ini memasukkan “gangguan kepribadian obsesif-kompulsif” dalam gangguan kepribadian anankastik ini. Atau nama lain dari gangguan kepribadian anankastik adalah gangguan kepribadian itu. Dalam praktek sehari-hari yang sering datang ke praktek psikiater sendiri atau diantar keluarganya adalah gangguan obsesif-kompulsif yang merupakan bagian dari gangguan cemas. Dalam divisi gangguan kepribadian, lebih banyak dipakai “anankastik” daripada istilah “obsesif kompulsif”.
            
Dalam kamar praktek, psikiater akan menjalankan psikoterapi untuk gangguan ini, yang modelnya bisa suportif-ekspresif, kognitif teraoi atau bahkan psikoanalitik bila perlu. Selain itu bisa juga terapi kognitif-periaku (CBT) dijalankan. Obat anti cemas dan antidepresan bisa diberikan untuk mengurangi penderitaan subyektifnya yang terwujud dalam kecemasan terus menerus dan depresi. Terapi obat ini hanya membantu sementara karena lebih kausatif bila individu bisa mengatasinya sendiri.
             
Tak ada cara lain. Individu harus merubah “mindset”, paradigma, atau pola pikirnya dalam mengerjakan dan memandang sesuatu. Ia harus menyadari bahwa hidup ini penuh ketidaksempurnaan, penuh noda dan kotoran. Ia harus bisa menerima dan menikmati ketidaksempurnaan itu bersama orang-orang lain. Ia boleh berusaha maksimal tapi harus bisa menerima bila kesempurnaan total tidak tercapai. Ia harus bisa berempati bahwa orang-orang lain disekitarnya mempunyai hak untuk mengerjakan sesuatu dengan cara dan kemampuan mereka sendiri. Ia harus bisa bekerja sama, bantu membantu dan bertoleransi dengan mereka itu. Dan bersama-sama menikmati hasil kerja mereka.
            
Ia tidak boleh keras kepala dan memaksakan kehendaknya sendiri pada mereka. Bila dalam beberapa minggu saja ia bisa mempraktekan hal itu dan merasakan kenyamanan dan kebahagiaan dalam bekerja dengan orang-orang lain disekitarnya, ia pasti akan membuang jauh-jauh semua karakter perfeksionisnya, keras kepala, kekakuan pada aturan, dan pemaksaan kehendak pada orang lain. Ya, meski tak ada yang lebih sulit dari merubah perilaku sendiri yang telah menetap, tapi “reward” kenyamanan, penghargaan orang dan kebahagiaan yang dirasakan akan menjadi pendorong kuat perubahan itu terjadi.****
--------------------------

Dedikasi pada Kebenaran


Saudara Ar, seorang priya 38 tahun, sarjana seni yang membuat biro iklan dengan 3 temannya, menulis ke rubrik kita ini. Semula usahanya berjalan tersendat, tak terlalu banyak pesanan. Tapi kemudian mendadak meningkat. Ini menyebabkan jam kerja tak beraturan. Kadang sampai larut malam Ar tak bisa pulang. Ia kehilangan banyak waktu dengan keluarganya. Belum lagi kalau temannya sakit atau berhalangan. Ia harus menggantikan pekeerjaan temannya itu. Hidupnya jadi kalang kabut. Ia lalu sering mengkonsumsi alkohol.
Sedang Jhn, seorang mahasiswa tingkat akhir, menulis tentang kesulitannya membagi waktu. Ia kuliah sambil bekerja – atas kemauannya sendiri untuk membantu membiayai sekolah adiknya - di rumah makan yang makin lama semakin laris. Ia terancam untuk dikeluarkan dari pekerjaan yang gajinya lumayan itu (sebagai juru masak), bila terus-terusan minta ijin untuk kuliah. Ia menghadapi problem dengan waktu kerjanya. Dari seorang temannya, ia mendapat ganja dan sabu rutin.
***************
Hal yang membuat hidup menjadi sulit adaalah karena proses untuk menghadapi berbagai permasalahan dianggap sebagai sesuatu yang menyakitkan. Berbagai masalah – tergantung pada karakternya – meniombulkan frustasi, kesedihan, kedukaan, kemarahan atau depresi. Ini adalah perasaan yang tidak menguntungkan dan tidak menyenangkan.
Disiplin adalah peralatan dasar yang kita perlukan untuk mengatasi permasahan hidup. Tanpa disiplin kita tidak dapat memecahkan dan menyelesaikan apapun. Kita baru bisa memecahkan semua permasalahan ketika kita mampu berdisiplin secara total.
Scott Peck, seorang psikiater peneliti di Amerika, menulis ada empat jenis disiplin, yaitu : (1) penundaan kepuasan; (2) penerimaan tanggung jawab; (3) dedikasi terhadap kebenaran; dan (4) keseimbangan.
Kita tidak dapat menyelesaikan permasalahan hidup kecuali dengan memecahkannya. Mudah untuk mengatakan tapi sulit untuk menerapkannya. Kita harus terlebih dahulu menerima tanggung jawab terhadap suatu masalah sebelum kita dapat memecahkannya.
Kita tidak bisa memecahkan masalah dengan hanya berkata : “Ini bukan masalah saya”. Kita tidak bisa memecahkan masalah dengan berharap orang lain yang akan memecahkannya bagi kita. Saya dapat memevahkan masalah hanya ketiksa saya berkata, “Ini adalah masalah saya dan tergantung saya untuk memecahkannya”. Tetapi sangat banyak orang yang berusaha menghindari rasa sakit dari permasalahan mereka dengan berkata pada dirinya sendiri, “Masalah yang menimpa saya ini disebabkan oleh orang lain atau oleh situasi sosial di lingkungan saya yang ada di luar kontrol saya, maka terserah mereka di lingkungan yang menyelesaikannya”. Hampir semua pecandu yang datang berobat pada saya adalah orang-orang seperti ini.
Mereka selalu mengatakan bahwa teman-temannyalah, lingkungannya, yang menyebabkan mereka jadi pecandu. Mereka tak bisa menahan “rasa sakit” karena harus memikul tanggung jawabnya sendiri untuk menyelesaikan masalahnya dan memakai heroin, sabu, ganja atau alkohol.
Hingga kini banyak dari kita dari waktu ke waktu berusaha untuk menghindari – dengan cara yang sangat tidak kentara – rasa sakit menerima tanggung jawab untuk masalah kita sendiri. Saudara Ar dan Jhn tak kan bisa menyelesaikan persoalannya - yang berkaitan dengan waktu kerja - dengan memakai zat-zat adiktif itu tiap hari. Ia seharusnya mengatakan, “Waktu saya adalah tanggun jawab saya. Sayalah yang memutuskan bagaimana saya ingin memanfaatkan dan mengatur waktu saya”.
Perangkat lain dari disiplin atau teknik untuk mengatasi rasa sakit pemecahan masalah – yang harus terus menerus dipakai bila kita ingin jiwa kita berkeembang dengan sehat – adalah dedikasi pada kebenaran. Hal ini jelas karena kebenaran adalah realitas yang “tersembunyi”.
Semakin jelas kita melihat realitas dunia, semakin kita mampu mengatasi dunia. Semakin tidak jelas kita melihat realitas dunia – pikiran kita dipenuhi oleh ketidakjujuran, kesalahan persepsi, dan ilusi – semakin tidak mampu kita menentukan rangkaian tindakan yang tepat dan membuat keputusan bijak.
Pandangan kita tentang realitas seperti peta yang digunakan untuk menegosiasikan wilyah hidup kita. Bila peta itu tetap dan akurat, kita biasanya akan mengetahui posisi kita. Dan bila kita telah memutuskan arah yang akan kita tuju, kita tahu cara untuk mencapai posisi tersebut. Bila peta salah dan tidak akurat, kita biasanya akan tersesat.
Meski hal ini nampak jelas, tapi ini merupakan sesuatu yang oleh sebagian orang ddiabaikan. Mereka mengabaikan karena rute menuju realitas tidaklah mudah. Sebab kita tidak lahir dengan peta. Kita harus membuatnya sendiri dan melakukan usaha yang diperlukan untuk mewujudkannya. Semakin banyak usaha yang kita buat untuk menyadari dan memahami realitas, peta kita akan semakin besar dan akurat.
Akan tetapi, banyak orang yang tidak mau melakukan usaha ini. Bebeerapa orang berhenti melakukannya di akhir masa remajanya. Peta mereka kecil dan tidak jelas, pandangan mereka tentang dunia sempit dan keliru. Di akhir usia pertengahan banyak orang menyerah dan tidak mau berusaha. Mereka merasa yakin bahwa peta mereka lengkap dan pandangan mereka benar – bahkan suci – dan mereka tidak lagi tertarik dengan informasi baru. Hanya sedikit orang yang terlatih dan beruntung yang terus meneliti misteri realitas hingga mati. Mereka bahkan selalu memperluas, menyempurnakan, dan mendeskripsikan ulang pemahaman tentang dunia dan hal-hal yang benar.
Masalah terbesar dari pembuatan peta bukan karena kita harus memulainya dari sketsa, tapi bila kita menginginkan peta kita akurat, kita harus terus menerus menyempurnakannya. Dunia selalu berubah. Bencana lahar datang dan bencana pergi. Budaya datang dan budaya pergi atau terkubur. Teknologi baru datang silih berganti. Bahkan yang lebih dramatis, titik tempat kita melihat dunia, terus dan cukup cepat berubah.

---------------------------

Menghentikan Hasrat untuk Menang demi Perkembangan Mental


Ironis memang. Setiap orang punya keinginan untuk sukses dan berarti pasti punya hasrat untuk menang. Mengapa harus dilepaskan? Banyak sekali pengajaran motivasi untuk menang diceramahkan oleh para motivator – khususnya dalam bisnis – mengapa malah harus dibuang hasrat yang sangat berharga ini? Ya, karena dalam praktek kehidupan, seringkali hasrat ini malah menyebabkan orang itu tertekan, kecewa, frustasi dan akhirnya depresi.
Seperti saudara MN yang menulis pada saya tentang usahanya memperjuangkan “rencana strategik” perusahaannya selama 5 tahun yang harus diterima direktur utama bersaing dengan renstra bikinan sekelompok rekan-rekannya yang berbeda prinsip dengannya. Pak MN tak ingin bermusyawarah dengan rekan-rekannya itu dan justru menantangnya bersaing. Akhirnya pak MN merasa tertekan, selalu was-was, akhirnya frustasi. Orang Jawa bilang “wani ngalah duwur wekasane” , mungkin perlu direnungkan untuk kasus ini. Zen mengatakan manusia stres, atau tertekan, karena “attachment” atau kelekatan-kelekatannya sendiri dalam hidupnya. Kelekatan pada hasrat untuk menang.
****************
Sering kali, ketidakmampuan seseorang melepaskan diri atau menghentikan hasratnya untuk menang menyebabkan ia membutuhkan pertolongan psikiatris. Ambivalensi dan keragu-raguan untuk melepaskan apa yang sudah sekian lama melekat dirinya memang membutuhkan pertolongan orang lain yang profesional. Tapi, keeputusan untuk mencari pertolongan psikiatri dalam diri individu merepresentasikan upaya menghentikan citra diri bahwa “saya baik-baik saja”. Penghentian ini terutama sulit bagi kebanyakan pria dalam kebudayaan kita yang bagi mereka perasaan bahwa “saya tidak baik-baik saja dan saya membutuhkan bantuan untuk memahami mengapa saya tidak baik-baik saja dan bagaimana saya menjadi baik-baik saja” sering dan secara menyedihkan disamakan dengan “saya lemah, tidak maskulin, dan tidak berdaya”.
Sesungguhnya prroses pelepasan hasrat atau penghentian sering sudah dimulai sebelum individu sampai pada keputusan mencari pertolongan psikiatri. Selama proses penghentian hasrat untuk menang itu individu merasa tertekan. Ini karena perasaan yang dikaitkan dengan menghentikan sesuatu yang dicintai – setidaknya sesuatu yang menjadi bagian dari diri kita dan sudah akrab – adalah depresi (kehilangan obyek cinta).
Karena orang-orang yang sehat secara mental harus berkembang, dan penghentian atau kehilangan “diri yang lama” merupakan bagian integral dari proses perkembangan mental spiritual, maka depresi adalah adalah sebuah fenomena normal dan sehat. Depresi menjadi tidak normal dan tak sehat bila ada sesuatu yang mengganggu proses penghentian tersebut – yang mengakibatkan depresinya menjadi berkepanjangan dan tidak bisa diatasi dengan menyelesaikan proses tersebut.
Ada banyak faktor yang bisa mengganggu proses penghentian tersebut. Salah satunya yang paling lazim adalah pola pengalaman pada masa anak ketika para orangtua atau takdir – yang tidak responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan seorang anak – merampas “banyak hal” dari diri seorang anak sebelum dia secara psikologis siap atau cukup kuat menyerahkannya untuk menerima kehilangan ini.
Pola pengalaman pada masa anak ini membuat anak tersebut sangat sensitif untuk mengalami kehilangan dan menciptakan kecenderungan yang lebuh kuat daripada yang ditemukan pada orang-orang yang lebih beruntung karena dapat mempertahankan “banyak hal” dan berusaha menghindari rasa sakit akibat kehilangan atau penghentian tersebut.
Karena itu, meski seluruh depresi patologis memiliki hambatan tertentu dalam proses penghentian itu, ada satu jenis depresi neurosis kronis dengan kesedihan traumatis – sebagai akar terpentingnya yang mempengaruhi kemampuan dasar seseorang untuk menghentikan segala hal. Depresi ini bisa disebut sebagai “neurosis penghentian”.
Sebagian besar individu yang meminta bantuan psikiatris hanya menghendaki pelepasan dari gejala-gejala depresi secara cepat – dengan obat antidepresan misalnya – hingga segala hal bisa berjalan sebagaimana mestinya. Mereka tidak tahu bahwa segala hal tidak dapat lagi “berjalan sebagaimana mestinya”. Tapi, pikiran tak-sadar mengetahui hal itu. Justru karena pikiran tak-sadar dengan kearifannya tahu bahwa “ segala hal yang harus berjalan sebagaimana mestinya” tidak dapat lagi dipertahankan, maka proses perkembangan dan penghentian dimulai pada tingkat tak sadar, dan depresipun terjadi.
Kenyataan bahwa pikiran tak sadar selangkah lebih maju dari pikiran sadar merupakan prinsip mendasar dari fungsi mental. Seperti halnya “krisis paruh baya”. Sesungguhnya ini hanya salah satu diantara banyak “krisis” atau tahap-tahap perkembangan yang kritis dalam kehidupan sebagaimana diajarkan Erik Erikson beberapa puluh tahun yang lalu. Erikson menngambarkan delapan krisis. Hal yang menimbulkan beragam krisis dalam berbagai periode transisi siklus kehidupan ini – problematis dan menyakitkan – adalah dalam upaya untuk melampauinya secara berhasil. Kita harus menghentikan ide, gagasan-gagasan, yang dulu dihargai dan cara-cara lama untuk melakukan dan memandang segala hal.
Banyak orang tidak mampu dan tidak bersedia menanggung rasa sakit akibat menghentikan (melepaskan) apa yang sudah berkembang tapi harus dilenyapkan. Mereka berpegang teguh pada pola “pemikiran dan perilaku” lamanya. Karena itu mereka gagal dalam menghadapi beragam krisis – gagal menjadi benar-benar dewasa – dan gagal mengalami rasa “kelahiran kembali” yang penuh kegembiraan dan suka cita mengiringi keberhasilan transisi menuju tingkat kedewasaan yang lebih tinggi.
1302438475786102495
Sebuah rumah hancur di tepi desa Kepuharjo Sleman DIY sesudah erupsi Merapi 4 Nop 2010 - dok.pribadi
Beberapa keadaan, hasrat, dan sikap terpenting yang harus dihentikan dalam perjalanan menuju perkembangan seumur hidup yang berhasil, diantaranya : hasrat akan penguasaan penuh atas kedua orangtua kita; ketergantungan masa anak; kemahakuasaan masa remaja, “kebebasan” tanpa komitment; ketertarikan seksual atau potensi masa muda; wewenang atas anak-anak kita, kemandirian kesehatan fisik, beragam bentuk kekuasaan sementara, dll.

---------------------------

Merubah Fokus Pikiran


Saya seorang pemuda, 25 tahun, mahasiswa suatu universitas terkenal di Yogyakarta. Asala saya dari NTB, disana dulu saya pernah mengalami depresi mental yang cukup berat sehingga harus ditangani psikiater di RSJ. Setelah depresi saya membaik, saya dinyatakan sembuh dan sudah boleh berhenti minum obat antidepresan. Lalu saya dikirim orang tua saya untuk kuliah di Yogya, dikontrakkan rumah, bersama kakak saya perempuan yang juga kuliah sudah hampir selesai.
Di bidang ilmu perkuliahan sesungguhnya tak begitu bermasalah bagi saya, karena bidang teknologi informasi memang bidang kesukaan saya, tapi yang menjadi masalah adalah interaksi saya dengan orang lain dan semangat hidup saya. Saya merasa kaku dan minder berhadapan dengan teman-teman saya, rasanya semua orang melihat saya dan tahu permasalahan masa lalu saya yang buruk. Saya tidak percaya diri harus bergaul bersama-sama orang lain menuntut ilmu di Yogya. Setiap hari rasanya kosong dan sering tak tahu apa yang harus dikerjakan. Setiap selesai kuliah, atau bila perkuliahan vakum, rasa malas dan tak ingin mengerjakan apa-apa selalu muncul, tak ada gairah hidup dan sepertinya saya tak ingin berkhayal tentang masa depan. Apa yang terjadi dengan saya, dok? Bagaimana cara mengatasi keadaan saya ini? Psikiater saya di NTB itu katanya teman dokter dan saya dianjurkan melanjutkan terapi saya ke dokter bila diperlukan. Mohon saran, terima kasih.
***************
Ya, mungkin memang ada gejala sisa dari kondisi anda dulu, karena yang anda uraikan adalah termasuk simtom-simtom depresi. Atau kondisi anda dulu itu kambuh lagi, karena sikap dan pola pikir yang masih sama. Tapi tidak apa, karena depresi bisa dialami setiap manusia mungkin 2 atau 3 kali dalam sejarah hidupnya, dan bisa sembuh sendiri tanpa pengobatan. Depresi bisa diatasi dengan kemauan individu itu sendiri, dengan pertahanan dan dinamika mentalnya.
Caranya bermacam-macam, masing-masing individu punya cara sendiri yang paling cocok. Dan yang paling cocok untuk anda, saya kira, sebagai intelektual muda, adalah dengan membaca. Membaca buku-buku biografi tentang orang besar dan sukses, ditambah buku-buku untuk pengembangan dan peningkatan diri, meraih sukses, berpikir positif, tentang perubahan paradigma, meningkatkan kapasitas mental individual, dll. Buku-buku ini bila dirangkum, sedikit banyak akan bermanfaat juga, asal kita cukup bijak untuk mempraktekannya.
Dengan membaca, kita dapat memainkan pikiran kita sendiri. Ketika anda ingin melakukan sesuatu dan tiba-tiba rasa malas muncul jangan pernah mengucapkan atau berpikiran negatif. Lebih baik anda berpikiran positif karena bagaimanapun juga energi yang digunakan untuk berpikiran negatif atau positif adalah sebanding alias sama. Jadi, akan lebih baik jika anda hanya memasukkan pikiran positif saja. Otak secara otomatis akan menerima perintah dan masukan dari anda.
Kalau anda malas, pasti rasa malas akan terus menindih semua ide anda untuk bangkit. Otak anda akan selalu mencari alasan supaya anda terus malas. Seperti dinyatakan Quantum Learning, “Apa yang kita pikirkan akan menjadi kenyataan”. Kemudian, jika anda melakukan sesuatu hanya menunggumood, yang ada hanya perasaan malas dan enggan. Seharusnya, sedang mood atau tidak, kerjakan saja. Justru mood datang saat anda sedang melakukan suatu kegiatan, bukan sebelum kegiatan tersebut akan dilakukan. Dengan langsung kerjakan saja dan selalu berpikiran positif, semua itu akan membuat hidup anda lebih hidup. Rasa malas tidak akan pernah hilang jika anda terus berpikiran malas dan hanya menunggu kemalasan hilang, Just Do It!
Otak manusia hanya mengenal dua hal, yaitu mencari kesenangan dan menghindari penderitaan. Kita haruslah mempunyai pola pikir bahwa dengan membaca kita akan memperoleh kesenangan dan jika tidak membaca kita akan mendapat penderitaan. Setelah membaca atau mencermati biografi orang besar atau sukses, sebaiknya anda memfokuskan diri pada orang yang ingin anda tiru karena dengan fokus, energi yang anda keluarkan untuk mendapatkan apa yang anda inginkan menjadi lebih besar. Fokus dalam berpikir inilah merupakan hal yang dihambat oleh sinrom depresi sehingga latihan memfokuskan pikiran merupakan upaya jitu untuk mengenyahkan sindrom drpresi tanpa obat.
Kemudian orang harus mempunyai imajinasi, menciptakan visi atau tujuan. Tujuan ini adalah impian, yang kita perkirakan bisa kita capai atau menjadi kenyataan. Karena itu semua tujuan harus segera diikuti pengembangan rencana, juga dengan imajinasi, tindakan nyata dan konsistensi dalam mewujudkannya. Banyak orang yang mengaami kegagalan di masa lalu lalu takut menetapkan tujuan lagi, karena takut gagal dan kecewa. Kita tak ingin menyertakan seluruh kebahagiaan pribadi pada pencapaian tujuan yang mungkin berada di luar kendali kita. Kita mungkin kurang fleksibel melihat arah tujuan kita karena sebenarnya banyak hal yang lebih baik dan berharga daripada tujuan kita semula.
Semakin dekat dengan tujuan, semakin jelas hal-hal yang akan diperoleh. Tidak hanya tentang tujuan itu sendiri, tapi semua “detail” yang ada. Ini mungkin lebih malah lebih berguna, berharga atau mengilhami daripada tujuan semula. Banyak orang yang sukses bukan dari tujuan semula, tapi dari “detail-detail” yang muncul ini.
Kadang kita ingin mengubah apa yang kita rasakan, tapi kita tidak mampu melakukannya. Cara paling cepat untuk mengubah apa yang anda rasakan adalah dengan mengubah fokus. Jika anda ingin merasa tak berharga sekarang, cukup pikirkan hal-hal yang jelek dan memuakkan. Demikianlah halnya dengan otak kita. Fokuskan perhatian kepada apa yang kita inginkan. Jika anda ingin mengendalikan fokus dengan baik, fokuskanlah diri anda pada apa yang dapat dikerjakan dan dikendalikan.
Jika ingin bahagia sekarang, cukup fokuskan apa pun yang dapat membuat anda bahagia, misalnya keluarga dan teman-teman dekat. Inilah obat bagi orang yang dilanda depresi, karena orang depresi “tidak ingin bahagia”, “tidak ingin ditolong”, “tidak ingin dekat dengan teman-temannya yang baik”. Jadi fokuskan cita-cita dan impian sekarang juga! Hal ini akan membangkitkan enerji untuk merealisasikan sesuatu. @inukertapati-twit.
13051919731750207507
Gedung Pameran Jogja Art Festival (JAF) di Taman Budaya Jogjakarta, 2010 - dok.pribadi
1305192473497967935
Pantai Drini Gunungkidul, april 2011 - dok.pribadi

---------------------------

The Benzo-Pil Koplo is Come Back


Era “booming” heroin sudahlah berlalu. Hanya saya, mungkin anda, para polisi reserse narkotik, dan para pecandu sendiri yang tahu. “Booming” heroin tahun2 1996 sampai sekitar 2003 telah mulai mereda. Entah karena apa, mungkin ketatnya pengawasan kepolisian, sudah banyaknya pecandu2 atau calon pecandu addict heroin dan para kurir2 pengedar sampai bandar besar kecil yang ke “gap” alias ketangkap. Ditambah lagi pemasukan2 “barang” dari luar negri yang hampir selalu ketangkap di bandara. Mereka langsung dihukum. dipeenjara, entah berapa tahun.
Ini yang membuat para pecandu heroin yang semula berbondong-bondong mendatangi praktek saya untuk detoks, tahun2 sesudah 2004 mulai berkurang. Mungkin karena tak sempat “pakau” lagi karena keluar-masuk LP, atau kalau sudah lebih 5x dikirim ke Nusakambangan, atau meninggal karena overdosis dan komplikasi HIV/AIDS. Sisanya lagi mungkin sudah benar2 sembuh, sudah benar2 sadar untuk menghindari serbuk putauw, atau pindah ke zat adiktif lain.
Waktu tahun2 2005 itu yang terbanyak adalah alkohol, sabu-sabu, dan ganja. Inex atau ekstasi sangat sedikit dikonsumsi, untunglah, paling2 hanya Malem Minggu saja di diskotik2. Bila Pil Adam ini yang dipakai sebagai pengganti heoin, cepat hancurlah muda-mudi kita itu, karena dampaknya seketika yang cukup dahsyat. Aritmia cordis yang busa langsung meninggal, atau stroke karena tekanan darah yang meningkat lebih 220mg.
Di tahun 2008, atau 2009 nan tiba2 banyak anak muda berdatangan ke praktek saya di Jogya minta obat2 anxiolitik, anti cemas jenis2 tertentu, semuanya derivat Benzodiazepine.  Seperti lorazepam 2mg, alprazolam 2mg, estazolam 2mg, clonazepam 2mg, diazepam 5mg dan bromazepam 6 atau 12mg, dan bahkan obat kuno nitrazepam 5mg. Semuanya dosis kemasan tablet maximal, tak mau diberi dosis sedang 1mg atau minimal 0,25mg.
Mereka bilang merasa “enak” dan “bisa kerja” dengan obat2 itu yang katanya pernah “diberi temannya” atau pernah diberi dokter itu, ini, dokter sana, situ. Mereka menyebut psikiater, dokter spesialis lain, atau bahkan dokter umum. Tentu hal ini kurang bisa dipercaya, atau kalau mereka datang ke dokter lain mereka bisa saja bilang minta obat2 itu karena pernah diberi oleh psikiater adiksi, saya.
Nah, saya pikir era “pil koplo” tahun2 1980an telah datang kembali. Diwaktu itu heroin, sabu dan ekstasi belum ada sehingga para pecandu “hanya” memakai pil koplo (yang tenar waktu itu metal. lekso, Dum. Rohyp, sedatin dan MG). Sekarang pil koplo gerenrasi baru adalah seperti saya sebutkan diatas.
Apakah kriteria pil koplo itu? Tak jelas. Memang tak ada kriteria pastinya. Pil koplo adalah golongan obat2 anti cemas, dan golongan antiinsomnia, yang disalahgunakan. Dalam arti dipakai secara ngawur, tidak sesuai aturan dokter dan dosis terapeutik. Dipakai dalam dosis besar sekali tenggak untuk diambil “efek sampingnya”, melayang atau “high” dan “fly”. Berarti semua jenis obat anxiolitik dan antiinsonia bisa saja masuk kriteria “pil koplo”, bila dipakai dengan cara seperti itu.Disalahgunakan, dan diberikan pada orang lain, atau diperjualbelikan.
Tapi para pemuda itu akan menolak keras kalau dibilang pecandu, atau penyalahguna karena mereka hanya ingin fly atau “high”. Mereka bilang itu untuk kerja, untuk konsentrasi belajar, untuk PD, atau untuk tidur. Mereka tidak pernah merasa menjadi penyalahguna zat adiktif meski hidupnya tiap hari hanya untuk mencari pil-pil macam itu dan seakan tak bisa hidup bila tak menenggak tablet2 itu,
Jadi bila anda seorang dokter, dan anda manut saja didikte oleh anak2 muda itu untuk meresepi obat2 permintaannya tanpa menanyakan itu untuk apa, maka anda telah menciptakan seorang pecandu dari seorang calon pecandu, atau mendorong pecandu pemula menjadi pecandu berat (addict). Jasa anda lumayan besar dalam menghancurkan generasi muda kita sekarang.
Kalau saya, tentu saya akan sangat malu dan tak berani menghadiri Kongres Psikiatri, Seminar-seminar psikiatri apapun jika saya melakukan itu dan sejawat2 saya ber bisik2 “ngrasani” saya yang dulu dikenal sebagai psikiater adiksi sekarang menjadi psikiater yang menciptakan calon pecandu jadi pecandu, atau pecandu pemula jadi pecandu berat. Saya yang dulu susah payah mendetoks para pecandu heroin di tahun 1997an, dan mendirikan Wisma Tahitu di RSJM, bahkan dikenal mengobati vokalis2 band kenamaan di Indonesia itu, lalu tiba2 sekarang dengan mudah mau saja didikte pemuda2 itu untuk meresepi pil koplo? Bah!
Jadi yang saya kerjakan adalah psikoterapi “reedukasi” atau mendidik anak2 muda itu, dengan tegas tanpa bisa ditawar. Apakah mereka akan selamanya tergantung hidupnya pada obat2 itu? Apakah mereka tidak mau berhenti mencari obat2 itu setiap hari? Nah, mereka akan terus mendesak minta obat2 itu dan tak butuh dengan saran2 atau psikoterapi saya. Biasa, sama dengan pecandu2 heroin dulu. Butuh kepala dingin dan kesabaran luar biasa menangani mereka.
Obat2 yang dimintanya diganti dengan jenis lain, diracik diramu dengan antidepresan atau antipsikotik dosis kecil yang hanya untuk penghilang cemas. Lalu diberikan dalam kapsul. Dijamin mereka akan menolak dan balik lagi karena merasa “tak nyaman” atau tersiksa dengan obat2 kapsulan itu. Biar saja. Tegaskan pada mereka, obat2 ramuan itulah yang akan menyembuhkan mereka. Memang tidak enak, karena tak ada efek samping “fly” atau “high” nya. Nah pasien saya akan menurun banyak, anak2 muda itu pindah ke dokter lain yang mau menurutinya. Biar saja tak apa. Sejawat2 saya dokter2 lain itu nanti pada akhirnya akan sadar juga dan mengambil langkah yang sama dengan saya.
Hanya itu caranya untuk menghentikan mereka. Karena untuk gemerasi baru pil koplo ini nampaknya “pasar gelap” di luar tidak jalan. Mengapa? Jelas karena untungnya sangat sedikit berjualan pil-pil itu sedang resikonya sama besarnya dengan jualan narkotik, heroin atau ganja dan sabu-sabu. Pil koplo adalah psikotropika yang bila dipeerjualbelikan dan ketangkap, ancaman hukumannya bahkan lebih besar dari jualan narkotik.
Sayapun mengalami dipanggil kepolisian untuk memberikan keterangan ahli karena obat2 yang saya resepkan diperjualbelikan. Satu tablet yang harganya 4 ribuan bisa laku 10 ribu. Kemudian, kejaksaan memanggil saya sebagai saksi ahli dalam pengadilan, untuk kasus lain yang sejenis. Persis seperti di jaman heroin ssuntik dulu dimana setiap pecandu heroin yang ketangkap pasti pernah walau sekali berobat ke saya dan saya harus berulang kali datang ke Polres atau Polda untuk dimintai keterangan dalam pembuatan BAP. Wuah.
Tapi setelah semua resep obat saya racik dan dikapsul, Alhamdulilah tak pernah lagi pak polisi atau pak jaksa memanggil saya. Karena obat psikotropika yang dikapsul itu tak enak rasanya dan diberikan pada orang lain tak akan ada yang mau, apalagi di jual. Dan bila diminum tak sesuai aturan saya - yaitu satu kapsul pagi dan satu kapsul sore - misal 3 kapsul sekaligus, pasti nggeblag. Tidur nyenyak tak berasa apa2 - misal rasa melayang - dan paginya sukar bangun. Nah, masih ingin jadi pecandu? Tak enak bukan?
Inu Wicaksana @inukertapati-twit
1305887982128370259
After Merapi eruption in Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Jogya - photo by inuwicaksana - dok.pribadi
1305888246788065880
Kakak beradik pulang ke gubug senja hari di Kinahrejo, Cangkringan, Sleman - tiga bulan setelah erupsi Merapi - photo by inuwicaksana - dok.pribadi.

---------------------------

JAMAN DULU “GELEK”, SEKARANG “CIMENG”, ITULAH GANJA PENGGANTI HEROIN


Ibu Nys, seorang ibu rumah tangga yang PNS, telah menulis pada rubrik kita ini, masalah putranya seorang siswa SMP, yang seminggu tak masuk sekolah, menentang orang tua dan gurunya, dan prestasi belajarnya menurun drastis. Putra ibu itu selama tidak masuk sekolah hanya main-main saja ke tempat teman-temannya. Dan jelas itu teman di luar sekolah yang tak jelas sekolah apa tidak. Ia mengaku mabuk-mabukan dan kegiatan lain yang tak jelas. Sebelumnya ibu menemukan sebuah bungkusan kecil kertas koran di bawah kasur putranya. Bu Nys membuka bungkusan itu dan mendapati rajangan daun dan rantung daun kering kecoklatan. Putranya mengaku itu cimeng titipan temannya, dan barang itu cepat diambil temannya kembali. Bu Nys khawatir putranya telah mulai mengkonsumsi ganja. Ia menanyakan pakah ciri-cirinya anak telah mulai pakai ganja dan apa pengaruhnya ganja bagi tubuh.
**********
Sesungguhnya secara hukum ibu Nys harus memberikan barang yang dibungkus kertas koran itu pada polisi dan melaporkan bahwa putranya menyimpan barang itu di bawah kasur kamar tidurnya dan bahwa putranya dengan teman-temannya telah mulai memakai zat adiktif itu, menyimpan atau memberikannya pada teman lain. Tapi mana ada di dunia ini seorang ibu melaporkan sendiri putranya dan teman-temannya telah memakai ganja serta menyimpannya di kamarnya? Kecuali kalau sudah benar-benar menthok.
Karena masih di bawah umur, putra ibu itu harus mendapat peringatan keras sekaligus pembinaan untuk menjauhi barang-barang terlarang macam itu. Ganja meski secara pharmakologis tak termasuk narkotika, tapi dalam Undang-Undang Narkotika no 35 tahun 2009 termasuk narkotika golongan 1, sama seperti Undang Undang sebelumnya, tahun 1992. Memakainya sendiri terancam hukuman 1-2 tahun, menyimpan dan memberikannya pada orang lain diancam hukuman 4 tahun keatas.
Di negara kita ganja atau cannabis “naik daun” pada tahun 1970an, bersamaan dengan gelombang generasi “hipies” di Amerika. Di Jogya banyak dibawa turis-turis aing di Malioboro, dikonsumsi dengan dirokok dan disebut “gelek”. Di Indonesia banyak dihasilkan di Aceh, disana dipakai sebagai penyedap bumbu masak yang ikut digodok dalam kuali atau panci bersama sayur.
kemudian tahun-tahun berikutnya penggunaan ganja ini menurun, agak meningkat lagi tahun 1980an bersama meningkatnya pil koplo, lalu menurun lagi drastis dan tahun-tahun 1997an meningkat lagi bersamaan dengan”booming”nya heroin. Ganja disebut “cimeng” dan dipakai sebagai zat pengganti bila heroin tak bisa didapat.
Ganja, mariyuana, atau kanabis berasal dari tanaman Kanabis, sejenis tanaman perdu yang bisa beberapa meter tingginya, mengandung zat psikoaktif delta-9 tetra-hidro-kanabinol (THC). Kadar tertinggi THC terdapat pada pucuk tanaman betina yang sedang berbunga, tetapi juga terdapat pada daun dan rantingnya. Karena itu ganja dikemas dengan dikeringkan dan ditumbuk daun, ranting dan bunganya. Kanabis tumbuh di daerah tropis dan subtropis, seperti Indonesia, Thailand, Sumatra, Kolombia dll. Diantaranya banyak species kanabis, yang tergolong drug type mengandung THC sampai 5%, bahkan bisa mencapai lebih dari 10% bila cara penanamannya diperbaiki.
Di Amerika dikenal banyak nama untuk ganja dalam bahasa gaul – seperti gelek dan cimeng di Indonesia – yaitu Buddah sticks, Dope, Grass, Acapulco gold, Jive, Stick, dll. Ganja dapat dikonsumsi sebagai makanan dalam bentuk manisan, diseduh seperti teh dan kopi, tapi kebanyakan cara penyalahgunaan adalah diracik lembut dan dirokok seperti merokok tembakau.Di Indonesia, ganja banyak dijumpai di Aceh sebagai tanaman tradisional warisan leluhur, dipakai sebagai bumbu masak penyedap makanan yang direbus dalam kuali bersama sayur. Karena direbus dan dimakan bersama sayur, dalam jumlah relatif sedikit, maka zat psikoaktifnya tak begitu terasa. Beda dengan dikeringkan dan dirokok, zat psikoaktifnya akan maksimal, maka ganja termasuk zat adiktif “inhalant” atau disedot lewat pernafasan.
Karena mungkin dianggap tanaman yang tumbuh alami secara tradisional inilah maka dua tahun lalu saya mendengar ganja atau kanabis ini dilegalkan di negeri Belanda. Entah negara-negara lain di Eropa. Bahkan disana berbagai jenis dan bentuk ganja dari seluruh dunia di pamerkan di cave-cave dan kanabis dari Indonesia termasuk jenis bagus yang digemari. Di Indonesia orang menanam dan memelihara ganja jelas untuk disalahgunakan sebagai zat adiktif karena memberikan keuntungan yang sangat besar, karena itu Indonesia tidak melegalkan dan melarang dengan Undang-Undang Narkotika no 35 tahun 2009.
Bagi pemula, atau orang yang baru mulai mencoba, pada waktu intoksikasi akan mengalami kecemasan hebat selama 10-30 menit, rasa takut mati, gelisah, hiperaktif, kecurigaan, takut tidak bisa mengendalikan diri, dan takut menjadi gila. Jadi mirip gangguan panik. Tapi kemudian jadi tenang, gembira berlebihan, banyak bicara, badan merasa ringan seperti bisa melayang. Segala stres psikisnya akan hilang, ia merasa diri dan omongannya hebat, idenya bertubi-tubi, timbul waham curiga yang tak begitu menyebabkan takut malah mentertawakan dan dinikmatinya.
Muncul halusinasi penglihatan berupa kilataan-kilatan sinar, bentuk-bentuk amorf dengan warna warni cemerlang. Pengaruh ganja pada penggunaan melalui rokok timbul setelah 20-30 menit dan bertahan 2-4 jam. Setelah itu individu akan mengalami “gejala putus zat” berupa ilusi-ilusi mengerikan, pusing-pusing hebat (cephalgia), tidak doyan makan, mual-mual dan badan lungkrah aras-arasen. Sering timbul curiga-curiga hebat atau “reaksi paranoid akut”.
Penggunaan ganja dalam jangka waktu lama dan dalam jumlah banyak dapat mempengaruhi pikiran, menurunkan kemampuan baca, berbicara dan berhitung, menghambat sosialisasi, menghindari persoalan hidup. Gerak anggauta badan melambat, perhatian terhadap sekitar berkurang. Dorongan semangat hidup berkurang banyak sampai tidak memikirkan masa depannya, disebut “sindrom amotivasional”. Bisa terjadi peradangan paru yang menimbulkan penyakit pernafasan. Memperburuk aliran darah koroner yang menyebabkan serangan angina pektoris.
13065017601564993149
Inu Wicaksana dengan karya seno fotonya "after Merapi Eruption" do pameran seni foto amatir di Saphir Jogya Mart 2011 - dok.pribadi.
Ganja menimbulkan perubahan pada sel otak sehingga bisa menyebabkan atrofi sel otak. Lebih banyak mengandung zat karsinogenik daripada tembakau sehingga bisa menimbulkan kanker. Serangan psikosis sementara dapat terjadi dengan gejala waham dan halusinasi tanpa tilikan yang mirip dengan skizofrenia. Karena dampak buruk ini semua maka ganja benar-benar harus dihindari. Gejala putus zat yang terjadi bisa di “detoksifikasi” dengan obat-obat psikotropika selama sebulan, dan bila tak bisa menghindari ajakan teman harus masuk panti pemulihan (rehabilitasi) minimal 6 bulan.

---------------------------

Jadilah Diri Sendiri


Barangkali kasus terbanyak dari kaum muda yang berdatangan ke praktek psikiatri dewasa ini adalah kurangnya kepercayaan diri. Kaum muda-mudi itu sudah “kepepet” dan terpaksa datang ke dokter spesialis orang “sakit jiwa” dengan mengeluh, sedih, frustasi karena dirinya tidak seperti teman-temannya kuliah, teman-teman disekitarnya, atau adiknya dan kakaknya yang menurutnya hebat. Mereka tak percaya diri, gugup, gagap, tak bisa bahagia (anhedonia) dan minta obat untuk PD.
Saya dan rekan-rekan saya psikiater pastilah tersenyum, karena tak ada obat untuk PD selain “metildioksi-metamfetamin” alias ekstasi. Dan ini termasuk Napza psikotropika, jadi jelas merusak tunuh dan pikiran. Obat untuk PD adalah pola pikir dan sikap diri mereka sendiri.
Seperti adik Tn, seorang mahasiswa ekonomi manajemen, yang datang ke praktek saya diantar kakaknya perempuan yang juga mahasiswa. So Tn merasa sedih dan frustasi karena tidak seperti kakanya laki-laki yang tinggi dan gagah, selalu menjadi MC pada berbagai acara di kampusnya, pandai menyanyi dan main orgen pula. Atau tidak seperti adiknya yang masih SMA, tinggi atletis, jadi tim basket dan voley sekolahnya, dan menjadi peragawan pula.
*********************
Saya lama merenung menghadapi adik Tn ini. Karena menurut mbakyunya ia jadi penyendiri, banyak melamun, selalu muram dan berpikir negatif, dan mulai tak mau kuliah. Yah, gejala-gejala depresi taraf sedang ke berat mulai nampak. Harus saya berikan obat antidepresan taraf ringan supaya pikirannya terbuka dan agak bersemangat sedikit untuk saya ajak bicara. Lalu terapi perilaku, tapi apa?
Saya kirim ia ke teman saya psikolog untuk tes-tes bakat dan kepribadiannya, guna menyelidiki apa saja kelebihannya. Ternyata ia mempunyai IQ spatial dan motorik (mekanik) tinggi, selain kemampuan matematika yang hebat. Ia memang sopir mobil yang handal dalam keluarganya. Bapak, ibu, dan seluruh saudaranya tergantung pada dia kalau mau bepergian jauh keluar kota. Meski keluarganya punya sopir, tapi tak ada sopir yang setrampil dia dalam mengemudikan mobil keluar kota jarak jauh. Si Tn juga aahli dalam menservis mobil. Dua mobil keluarganya praktis jalannya tergantung tangannya. Mengapa ini tidak saya tanamkan untuk menyadarkannya bahwa ia punya bakat yang tak dimiliki sembarang orang?
Selain itu Tn sangat pintar dan trampil dalam komputer. Seluruh keluarganya, bahkan teman-teman kuliahnya tergantung pada dia kalau urusan komputer. Maka saya anjurkan ia untuk kuliah di Jurusan Teknologi Informasi (IT), sambil tetap kuliah di Ekonomi Manajemen.Beberapa bulan kemudian Tn datang ke praktek saya sambil mengatakan bahwa ia sangat menikmati kuliahnya di IT. Ia merasa bakatnya bisa disalurkan. Maka cepat-cepat ia saya anjurkan bikin Blog IT dengan namanya sendiri. Ia saya minta mengisi Blognya setiap 2 hari dengan masalah-masalah teknis komputer dan pengetahuan IT yang rumit.
Karena memang berbakat, maka Blog IT nya sukses dan dikunjungi ratusan orang setiap harinya. Ia jadi tenar di kalangan muda-mudi karena semua anak muda sekarang tentu ingin tahu permasalahan komputer yang ngremit. Kakak laki-laki dan adiknya yang “selebritis muda” itu jadi melongo melihat itu. Mereka ganti yang stres karena kegiatan MC, penyanyi dan pemain band, main basket dan volley, peragaan busana itu hanya sementara sifatnya.
Apa yang bisa merubah Tn dalam sekejap bisa menerima dirinya dan bersemangat dalam hidupnya hingga memperoleh kepercayaan diri yang hebat? Hanya sebuah perkataan yang sederhana, “Jadilah dirimu sendiri”. Semua manusia secara tersembunyi dikaruniai Tuhan banyak kekurangan dan banyak kelebihan. Kita harus “menyelidiki” kelebihan-kelebihan masing-masing anak dan mengembangkannya semaksimal mungkin hingga ia mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam kehidupannya.
13117659531291029692
Pak Tua dan gerobaknya di bekas kota Batavia Belanda 1700 di kota tua Jakarta, Juli 2011 - dok.pribadi
1311766141978404712
Saya di gedung VOC Belanda th 1750 di kota tua Jakarta, Juli 2011 - dok.pribadi.
Ternyata tak cukup hanya prestasi studi yang tinggi, atau juara sekolah, untuk memperoleh hal itu. Dibutuhkan “kejuaraan” dalam hal-hal praktis dan nyata dalam kehidupan untuk membentuk kepercayaan diri seorang anak.
“Saya bisa berubah dalam semalam”, tulis Tn kemudian pada saya. “Saya mulai menjadi diri saya sendiri dan tidak terus menerus membandingkan diri saya dengan kakak, adik, dan teman-teman saya. Saya mencoba mengenali dan mempelajari beberapa titik keunggulan saya yang tak dimiliki orang lain.
Saya berpakaian dan berpenampilan dengan gaya saya sendiri dan tak selalu meniru kakak dan adik saya yang peragawan. Saya mulai bersikap terbuka dan mencoba memperoleh teman-teman saya sendiri. Saya bergabung dengan tiga perkumpulan, di kampus dan di luar kampus, kecil-kecil saja, dan masih merasa ketakutan setiap kali mereka memasukkan saya pada sebuah program. Tapi setiap kali saya berbicara saya memperoleh sedikit keberanian.
Ini banyak didukung oleh kemampuan saya menyetir mobil karena dalam program-program kunjungan keberbagai tempat mereka senang dan merasa mantab bila saya yang nyopir. Terlebih lagi setelah mereka mengetahui kemampuan saya dalam komputer. Hal ini cukup memakan waktu, tapi sekarang saya memiliki lebih banyak kebahagiaan dibandingkan dari apa yang sebelumnya hanya saya impikan. Saya tak membutuhkan lagi obat antidepresan dan anticemas”. Jelas saya bahagia dengan tulisan sms nya yang panjang ini.
Masalah kemauan menjadi diri sendiri ini adalah “sama tuanya dengan sejarah”, kata Dr.James Gordon Gilkey, “ dan sama universalnya seperti kehidupan manusia.” Masalah ketidakmauan dan ketidakmampuan menjadi diri sendiri adalah sumber air yang tersembunyi dari banyak gangguan mental dan perilaku.
Angelo Patri telah menulis 13 buku dan ribuan artikel di surat kabar tentang masalah pendidikan anak, dan ia mengatakan : “Tidak ada seorangpun yang lebih sengsara dibandingkan dengan seseorang yang menginginkan menjadi orang lain dan sesuatu yang selain dari dirinya sendiri secara jiwa dan raganya”.
William James dalam bukunya yang terkenal menyatakan, bahwa ia sedang berbicara tentang orang-orang yang tidak pernah menemukan diri mereka sendiri ketika ia menyatakan bahwa kebanyakan orang hanya mengembangkan sepuluh persen dari kemampuan mentalnya yang tersembunyi.
“Dibandingkan dengan kita yang seharusnya”, ia menulis,”kita hanya separuh sadar. Kita hanya menggunakan sebagian kecil saja dari kemampuan fisik dan mental kita. Sesorang manusia sesungguhnya hidup jauh di dalam batasannya. Ia memiliki bakat dan kekuatan berbagai rupa yang karena kebiasaan, telah gagal digunakan olehnya”.
Anda dan saya juga memiliki kemampuan seperti itu, jadi janganlah menyia-nyiakan waktu satu detikpun untuk merasa cemas dan sedih karena kita tidak bisa seperti orang lain. Anda adalah sesuatu yang baru di dunia ini. Tidak pernah sebelumnya, sejak permulaan waktu, ada seseorang yang terlahir persis seperti anda. Dan tidak akan pernah juga sepanjang masa-masa mendatang akan ada seseorang yang seperti anda lagi.
Ilmu relatif baru tentang genetika memberitahukan kepada kita bahwa anda sebagian besar adalah hasil dari dua puluh empat kromosom yang berasal dari ayah anda dan dua puluh empat kromosom dari ibu anda. Empat puluh delapan kromosom ini mencakup semua hal menentukan yang akan anda warisi. “Di dalam setiap kromosom,” kata Amran Sceinfeld,” ada antara beberapa buah sampai ratusan gen-gen – di mana satu gen, dalam beberapa kasus, bisa merubah keseluruhan hidup seseorang.”
Jadilah diri anda sendiri. Seperti nasehat besar yang diberikan Irving Berlin kepada George Gershwin. Berlin adalah musikus dan komposer tersohor dan Gershwin komposer muda yang baru mulai. Berlin yang terkesan dengan kemampuan Gershwin, menawarkan kepadanya sebuah pekerjaan ebagai sekretaris musiknya dengan gaji tiga kali lipat dari pendapatan Gershwin.
“Tapi jangan ambil pekerjaan ini”, Berlin menasehatkan, “Jika anda melakukannya, anda akan tumbuh menjadi Berlin kedua. Tapi bila anda berkeras dan bersemangat menjadi diri sendiri, suatu saat nanti anda akan jadi Gershwin kelas satu”. Gershwin mengikuti nasehat ini dan secara perlahan membangun dirinya menjadi seorang komposer musik paling terkenal Amerika di jamannya.

---------------------------